PANGKALPINANG, Babelsatu.com — Keputusan untuk hanya mempertandingkan 18 cabang olahraga (Cabor) pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII Tahun 2026 di Pangkalpinang menimbulkan kekecewaan di kalangan para atlet dan pengurus sejumlah cabor yang tidak masuk daftar resmi.
Dari data yang diterima, cabor yang dipastikan dipertandingkan antara lain: atletik, pencak silat, menembak, taekwondo, renang, bulutangkis, karate, tenis, bola basket, sepak bola putra, biliar, catur, drum band, panahan, bola voli/voli pasir, tinju, balap sepeda, dan gulat.
Namun, terdapat catatan bahwa biliar dan bola voli/voli pasir baru akan diikutsertakan jika menggelar Kejurda atau Kejurprov pada tahun 2025.
Sementara itu, sejumlah cabor lain seperti tenis meja, panjat tebing, wushu, sepak takraw, dan barongsai menyatakan keberatan lantaran tidak mendapat kesempatan tampil di ajang olahraga terbesar di Bangka Belitung itu, kendati ada beberapa cabor sudah melaksanakan kejurda namun tetap tidak terdaftar sebagai peserta di PORPROV VII.
Sabtu malam, 18 Oktober 2026, para pengurus cabor yang tidak dilibatkan dijadwalkan berkumpul di Café 86 Semabung, Pangkalpinang. Pertemuan tersebut akan menjadi langkah awal untuk menyusun sikap bersama dan mengajukan audiensi resmi kepada Gubernur, DPRD Babel, dan KONI Babel, serta tembusan ke KONI kabupaten/kota se-Bangka Belitung.
Ketua FOBI Babel yang juga anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Mehoa, mengaku menyayangkan keputusan tersebut. Menurutnya, olahraga adalah ruang pembinaan dan kebanggaan daerah, bukan sekadar hitungan anggaran.
“Kami tidak menuntut bonus besar atau dana tambahan. Kami hanya minta kesempatan yang adil bagi semua atlet untuk berkompetisi. Jangan sampai semangat olahraga malah dipadamkan karena keputusan yang tidak berpihak,” ujar Mehoa.
Mehoa juga menegaskan bahwa Porprov seharusnya menjadi ajang pemersatu seluruh insan olahraga di Babel, bukan justru menimbulkan rasa kecewa dan ketidakadilan antar-cabor.
“Banyak atlet sudah berlatih bertahun-tahun, berharap bisa tampil di Porprov. Kalau tidak diberi ruang, ke mana mereka menyalurkan bakatnya? Kalau syaratnya Kerjurda, kami juga sudah melaksanakan kenapa tidak masuk” katanya menambahkan.
Para pengurus cabor berharap KONI dan Pemerintah Provinsi Babel dapat meninjau kembali keputusan tersebut, dengan mempertimbangkan semangat sportivitas dan pemerataan kesempatan bagi semua cabang olahraga yang aktif melakukan pembinaan di daerah.
Menutup pernyataannya, Mehoa mengungkapkan bahwa dirinya sengaja mengambil alih kepemimpinan FOBI agar federasi bisa bergerak cepat dan aktif berpartisipasi di ajang Porprov. Namun, jika upaya tersebut tetap tidak dihargai, ia mengaku siap mengambil langkah tegas.
“Saya sengaja ambil alih FOBI supaya bisa bergerak cepat agar kami bisa ikut Porprov. Tapi kalau seperti ini, tidak ada asas keadilan, saya lebih baik mengundurkan diri saja sebagai Ketua FOBI kalau diperlakukan tidak adil,” tegasnya. (adv/naf)