TOBOALI, Babelsatu.com – Diberitakan sebelumnya, Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Rias di Kabupaten Bangka Selatan yang masih dalam tahap pekerjaan sudah mengalami keretakan pada setiap bagian plaster dinding talud yang dikerjakan.
Hal tersebut mengundang reaksi sejumlah warga Toboali, Bangka Selatan, terutama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Tombok yang menilai proyek tersebut dikerjakan tidak sesuai spesifikasi dan volume. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata proyek yang dikerjakan oleh CV. Tunas Pataka ini diduga tidak melengkapi dukungan alat yang diminta dalam dokumen kontrak yang diperlukan sebagai peralatan kontruksi utama dan peralatan bangunan seperti, Excavator Standar berkapasitas daya minimal 156 HP Bucket min 1,19 m3 sebanyak 1 unit, Pedestrian Roller/Baby Roller dengan kapasitas 1-2 ton daya 15 HP-20 HP dan lebar drum min 0,9 m sebanyak unit, Excavator mini kapasitas daya min 42 HP dan lebar blade maks 2m sebanyak 1 unit serta Concreate Mixer/ Molen kapasitas minimal 0,3 m3 sebanyak 5 unit.
Pengawas Lapangan Pekerjaan Rahabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Rias di Kabupaten Bangka Selatan dari Dirjen Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Bangka Belitung, Sastra saat dikonfirmasi wartawan dilokasi pekerjaan Irigasi Rias, Sabtu (22/07/2023) lalu mengatakan bila dukungan alat Excavator standar memang belum didatangkan, sedangkan untuk Baby Loder masih di simpan di gudang yang nantinya akan digunakan untuk memadat tanah puru di jalan sawah.
Sementara, Ketika ditanya soal pekerjaan semen yang dilakukan secara manual dan tidak menggunakan alat Concreate Mixer/ Molen untuk pengadukan semenya, Pengawas Lapangan dari CV. Tunas Pataka sebagai penyedia jasa, Hendra mengakui bila ada sebagian pekerjaan semen yang dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia.
Hendra mengatakan, untuk dukungan alat Concreate Mixer/ Molen memang diminta sebanyak 5 unit, namun untuk melakukan pekerjaan pengadukan semen, pihaknya menyiapkan 9 tim atau grup dengan komposisi 5 grup pekerja menggunakan Molen dan 4 grup pekerja mengaduk semen secara manual.
Hendra juga menjelaskan pekerjaan pengadukan semen secara manual dilakukan karena ada Molen yang digunakan sedang rusak.
“Waktu itu Molen kondisi rusak, sedang di perbaiki, tapi itu sebentar, kita punya 5 Molen dan grupnya banyak, grup kami ada 9, 5 menggunakan Molen dan 4 manual,” jelasnya
Meski demikian Hendra tidak bisa menunjukan kelima Molen dilokasi tersebut dan hanya ada satu Molen dengan alasan pekerjaan semen sudah selesai dilakukan. Padahal dari data dilapangan per 1 Juni 2023 lalu, saat pekerja sedang melaksanakan pengecoran bagian dasar talud, juga tidak ditemukan molen disekitar lokasi dan hanya mengaduk semen secara manual menggunakan tenaga manusia.(naf)