Nurtani Purba Raih 2 Medali Emas dan Pecahkan Rekor

Nurtani Purba, peraih medali emas kelas 73KG APG Solo 2022

LaporanDoni Yuano langsung dari Solo

SOLO, Babelsatu.com – Lifter senior Indonesia, Nurtani Purba, membuktikan diri masih on fire usai merebut dua medali emas cabang paraangkat berat kelas 73 kilogram (kg) Asean Paragames 2022.

Bacaan Lainnya

Angkatan terbaiknya sebesar 103 kg sekaligus mengantar Nurtani mempertahankan gelar juara APG 2017 lalu. Torehan lifter yang akrab disapa Nur ini memberi pesan bahwa prestasi tak mengenal batas usia.

Nur telah memasuki usia 47 tahun saat mengikuti APG kali ini. Saat diminta tim pelatih masuk pelatnas, dia pun mengalami kendala cedera serta minimnya persiapan. Praktis Nur hanya menjalani pelatnas dua bulan lantaran bergabung belakangan untuk menggenapi skuat APG 2022. Namun keyakinan dan tekad untuk terus berjuang akhirnya berbuah manis.

Angkatan terbaiknya yakni 103 kg bahkan tak mampu didekati tiga rivalnya yang lebih muda yakni Tran Thi Tam (Vietnam), Sona Agon (Malaysia) dan Esther Van Nuan Cin Taung (Myanmar).

Tran yang meraih perak hanya mencatat angkatan terbaik 83 kg, sedangkan Sona 82 kg. Ditemui usai penyerahan medali, Nurtani Purba mengaku sangat bersyukur masih dapat berprestasi di usia uzur.

“Saya bangga bisa meraih emas, soalnya saya kan sudah tua. Tapi saya punya keyakinan pasti bisa,”ujar peraih perak Asian Paragames 2018 ini saat ditemui usai penyerahan medali di Hotel Solo Paragon, Kamis (4/8/22).

Nur merasa kesuksesannya di APG Solo tak lepas dari campur tangan Tuhan. Sebelum laga, dia mengaku masih punya cedera kambuhan di tangan kiri. Problem itu kadang membuatnya kesakitan saat mengangkat beban.

“Namun tadi alhamdullillah pas ngangkat (barbel) enggak sakit. Saya merasa ditolong Allah bisa mengangkat sampai segitu (103 kg),”ucap Nur dengan nada bergetar.

Dia berencana akan umrah ke Mekah yang menjadi nazarnya apabila meraih emas di Solo. Nur berencana mengajak kakak iparnya untuk beribadah ke Tanah Suci.

“Selama ini walaupun menang, saya belum siap untuk umrah. Namun dua emas ini bikin aku bangga sekali. Aku sudah tua, aku masih bisa meraih emas. Itu saja,” ujarnya.

Koordinator pelatih pelatnas Para angkat Berat Indonesia, Coni Ruswanta, mengaku takjub dengan kemampuan Nurtani Purba di usia yang hampir menyentuh setengah abad. Saat memanggil Nurtani, Coni mengaku yakin lifter senior itu masih bisa memberikan yang terbaik.

“Dia sudah lama enggak latihan sebelum gabung lagi sama kami. Setelah kami panggil latihan, ternyata masih bisa diandalkan. Alhamdullillah dia bisa melampaui target perak,”ujar Coni.

 

Shebrioni, peraih medali emas kelas 67KG APG Solo 2022

SEMENTARA itu di kelas 67 KG sambil menghela napas sebentar, Shebrioni sukses menuntaskan angkatan seberat 103 kg. Tepuk tangan dan yel-yel “Indonesia” pun menggema di penjuru venue Hotel Solo Paragon.

Ya, angkatan itu bisa bermakna istimewa bagi Shebrioni. Selain meraih emas, dia bakal memecahkan rekor angkatan terbaik APG di kelas 67 kg atas nama atlet Thailand, Somkhoun Anon sebesar 95 kg.

Namun misi Shebrioni belum tuntas. Impian sempurna itu bisa berantakan andai rivalnya, Arawan Bootpo (Thailand), mampu menyelesaikan angkatan ketiga sebesar 101 kg. Seluruh penonton seolah dipaksa menahan napas saat Bootpo bersiap mengangkat barbel. Ketika layar lebar menunjukkan tulisan “No Lift” yang berarti angkatan gagal, pendukung Indonesia kembali bergemuruh.

Bootpo tampak tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Dia berteriak sambil memukul badannya sendiri setelah gagal menuntaskan angkatan terakhir. Bootpo pantas kecewa. Sejak awal laga, dia saling kejar mengejar angka dengan Shebrioni. Ketika Shebrioni sukses mengangkat 95 kg di angkatan pertama, Bootpo membalasnya dengan 98 kg yang menjadi rekor APG sementara. Shebrioni kemudian membalas 100 kg di angkatan kedua sehingga memecahkan rekor atas nama Bootpo.

Bootpo yang berstatus peraih perak APG 2017 kembali mengejar catatan Shebrioni dengan mengangkat 101 kg di kesempatan kedua. Namun kesuksesan Shebrioni menuntaskan angkatan terakhir mengubur asa Bootpo meraih emas.

Tak hanya merebut emas dari angkatan terbaik, Shebrioni mengamankan emas dari total angkatan (298 kg). Akumulasi angkatannya jauh meninggalkan Tran Thi Chau (Vietnam) di posisi kedua dengan 240 kg.

“Bingung mau bilang apa, enggak bisa berkata-kata,”ujar Shebrioni saat ditemui seusai penyerahan medali.
Shebrioni memang tidak diunggulkan di APG 2022. Berstatus debutan di APG, tim pelatih hanya mernargetkan perunggu bagi lifter 30 tahun itu. Namun Shebrioni mampu menjungkirbalikkan prediksi dengan merebut dua emas plus memecahkan rekor APG. Sang lifter mengakui sempat deg-degan saat kejar mengejar angka dengan atlet Thailand.

“Namun pelatih selalu pesan, sabar, sabar, fokus diri sendiri,” tutur lifter yang murah senyum ini.
Shebrioni pun mempersembahkan prestasinya pada seluruh warga Indonesia. Dia berharap dua emasnya bisa menjadi kado manis bagi Indonesia yang akan berusia 77 tahun pada 17 Agustus nanti.

“Emas ini persembahan untuk HUT Indonesia, tim pelatih serta keluarga,” ujar peraih emas Peparnas Papua 2021 itu.

Koordinator pelatih pelatnas Paraangkat Berat Indonesia, Coni Ruswanta, mengapresiasi Shebrioni yang mampu membikin kejutan di kelas 67 kg.

“Ini di luar prediksi. Awalnya saya hanya target peunggu. Saya takut mentalnya belum siap jika ditarget tinggi, mengingat dia belum pernah ke ajang internasional. Namun ternyata dia langsung nge-tune seperti Eneng Paridah (debutan yang juara di kelas 41 kg),”ungkap Coni yang targetnya sapu bersih medali emas hari ini terlampaui.(babelsatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *