Gencarkan Pemasaran Kopi Petaling Khas Bangka, Sumardi Jadi Mitra Binaan PT Timah

BANGKA, Babelsatu.com – Siapa yang tak suka minum kopi, minuman yang identik dengan hitam dan rasa pahit ini diminati berbagai kalangan. Namun, siapa sangka di Bangka Belitung yang terkenal dengan potensi timah juga memiliki perkebunan kopi.

Ya, kopi dari Bangka Belitung diberi nama Kopi Petaling atau Kopling. Kopi yang diproduksi di Desa Petaling Banjar, Kabupaten Bangka ini berjenis robusta. Ditangan Sumardi atau yang kerap disapa Mardi kopling kian dikenal hingga ke berbagai daerah.

Bacaan Lainnya

Semula, Sumardi memulai usaha perkebunan kopinya secara mandiri pada tahun 2013 silam. Ia bekeliling ke berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia untuk mempelajari cara menanam kopi, mencocokkan iklim dan jenis kopi yang bisa ditanam di Pulau Bangka. Berkat keulatannya, maka ditemukanlah jenis kopi robusta yang cocok dan bisa tumbuh di Pulau Bangka.

Ia mulai menanam kopi di pekarangan rumahnya, kini telah ada ratusan pohon kopi  yang ditanam di sekitaran rumahnya.

Menurutnya, sejak dulu kopi sudah tumbuh di Babel namun hanya sebagai tanaman tumpang sari seperti ditanam di sebelah lada dan itupun hanya skala kecil. Padahal kata dia, di Pulau Bangka sendiri banyak warung kopi, di Belitung Timur bahkan sudah terkenal dengan 1001 warung kopi, tapi sayangnya kopinya masih didatangkan dari luar daerah.

“Boleh dikatakan 70 persen masyarakat kita minum kopi, tapi  sangat disayangkan bahan baku didatangkan dari luar. Lalu saya belajar ke Lampung, Bengkulu dan beberapa Provinsi lainnya, sambil mencari yang pas untuk ditanam di Bangka, ketemulah jenis robusta ini,” katanya.

Lalu dirinya mulai menanam kopi di pekarangannya, mengolahnya sendiri melakukan pembibitan. Kopi Robusta di Bangka kata dia tak kalah enak rasanya dengan kopi dari daerah lainnya, justru lebih unik karena tumbuh di bawah 40 mdpl.

Dirinya juga mengajak masyarakat sekitar untuk mulai menanam kopi karena kopi memiliki nilai ekonomis yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Sama-sama mengembangkan perkebunan kopi, mencari pasar , dan mencari kendala. Mereka membentuk Kelompok Tani Kopling Banjar selain itu juga membentuk koperasi Kopling Banjar Mandiri.

“Saya mengumpulkan warga, tokoh agama, masyarakat, disitu kita bedah cari dulu intinya pasar dan bibit jadi kendala. Akhirnya banyak yang berminat setelah kita cari solusi dari kendala,” katanya.

“Saya bilang ke mereka ini pasarnya ada, tinggal kemauan kita bersama. Akhirnya banyak yang mau tanam kopi. Mereka tanam, panen dan nanti diolah

Kata dia, kini sudah banyak petani di Bangka Belitung yang turut bertanam kopi. Perkebunan kopi sekitar 78 hektar, namun karna keterbatasan baru 13 hektar yang sudah ditanami di lokasi-lokasi yang berbeda diantaranya di Petaling, Petaling Banjar, Rukam dan Paku.

“Kopi yang kita produksi tidak banyak, itulah yang menjadi keunggulan kita. Karena panennya 8 bulan sekali. Produksinya tidak banyak membuat kopling semacam limited, ini jadi strategi marketing juga,” katanya.

Menurutnya, saat ini Kopling telah dipasarkan ke berbagai daerah. Mereka juga sudah merambah marketplace. Sehingga peminatnya juga cukup banyak.

“Kami sudah memasarkan ke marketplace, ada yang datang beli ke sini, ada juga yang di toko oleh-oleh, bandara dan beberapa banyak tempat lainnya, sudah masuk ke retail juga seperti Transmart, TJ Mart dan lainnya,” katanya.

Saat ini, kata dia dirinya sudah menjadi mitra binaaan PT Timah sehingga pemasaran produknya juga semakin berkembang. Kini, produk Kopling juga sudah ada di TINS Galery dan di Galeri di Bandara.

Menurutnya, dengan menjadi mitra binaan PT Timah pemasaran produknya semakin luas. Pasalnya PT Timah memiliki beberapa tempat untuk memasarkan produk UMKM.

“Saya sudah menjadi mitra binaan PT Timah Tbk untuk meningkatkan pemasaran produk. Sehingga nantinya, kopling akan semakin dikenal masyarakat luas dan bisa jadi produk unggulan Bangka Belitung,” katanya.

Dirinya juga tetap semangat mengajak masyarakat untuk menjadi petani kopi. Sehingga branding  kopi petaling yang memiliki jargon ‘Kopinya Orang Kite’ terkenal sebagai kopi masyarakat Bangka Belitung.

Menurutnya, dengan menjadi mitra binaan PT Timah dirinya juga mendapatkan pelatihan dan pembinaan sehingga kedepannya dapat mengembangkan usahanya.

“Terimakasih kepada PT Timah yang telah mendukung UMKM melalui program kemitraannya. Sehingga nantinya UMKM bisa terus bersaing dan berkembang,” tutupnya. (rill/naf)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *